Idul Adha & Puasa Arafah: Momen Berarti di Tengah Dunia yang Serba Cepat

Di zaman sekarang, banyak dari kita (termasuk saya pribadi) terjebak dalam ritme hidup yang serba cepat. Scroll, kerja, deadline, repeat. Tapi setiap tahun, ada satu momen yang seolah jadi pengingat: Idul Adha dan Puasa Arafah.
Bukan sekadar hari libur atau rutinitas ibadah, Idul Adha menawarkan makna yang jauh lebih dalam. Yuk, kita bahas dengan santai tapi serius.
Tentang Idul Adha: Lebih dari Sekadar Kurban
Setiap 10 Dzulhijjah, umat Islam merayakan Idul Adha—peringatan atas ketaatan Nabi Ibrahim AS yang rela mengorbankan putranya, Ismail AS, atas perintah Allah. Tapi Allah gantikan Ismail dengan domba, sebagai bentuk rahmat-Nya.
Buat saya pribadi, ini bukan sekadar cerita sejarah. Ini pengingat bahwa hidup penuh dengan ujian, dan kadang, kita dituntut untuk melepaskan hal yang paling kita cintai demi sesuatu yang lebih besar.
Puasa Arafah: Ibadah Singkat, Dampak Besar
Satu hari sebelum Idul Adha, kita disunnahkan untuk berpuasa: Puasa Arafah, tepatnya pada 9 Dzulhijjah. Dan ini salah satu ibadah yang luar biasa ringan tapi pahalanya besar.
Rasulullah SAW bersabda:
"Puasa Arafah menghapus dosa tahun lalu dan tahun yang akan datang."
(HR. Muslim)
Niat Puasa Arafah:
Bahasa Arab:
نَوَيْتُ صَوْمَ عَرَفَةَ سُنَّةً لِلّٰهِ تَعَالَى
Latin:
Nawaitu shauma ‘Arafata sunnatan lillâhi ta‘âlâ
Artinya:
Aku niat puasa Arafah sunnah karena Allah Ta'ala.
Biasanya, saya niat sebelum tidur agar nggak lupa. Tapi kalau terlewat, masih bisa berniat di pagi hari (sebelum zuhur), asalkan belum makan atau minum apa pun sejak subuh.
Kenapa Ini Relevan Buat Kita?
Sebagai bagian dari generasi yang hidup di era serba cepat, kadang kita lupa untuk berhenti dan merenung. Puasa Arafah dan Idul Adha memberi ruang untuk itu:
- Refleksi Diri: Apa yang kita anggap penting? Apa yang siap kita “korbankan” demi masa depan yang lebih baik?
- Solidaritas: Daging kurban dibagikan ke banyak orang. Ini bukti nyata bahwa Islam sangat menjunjung tinggi kepedulian sosial.
- Spiritual Reset: Kadang kita nggak butuh liburan mahal untuk tenang—cukup satu hari dengan niat yang lurus.
Tips Ringan dari Saya
- Bangun sahur tepat waktu, walau cuma minum air putih dan kurma.
- Tulis daftar doa-doamu hari itu. Bawa dalam hati sepanjang hari.
- Hindari konten digital yang bikin hati nggak tenang.
- Share artikel ini atau sekadar ngajak teman puasa bareng, berkahnya bisa bareng-bareng.
Jadi, kesimpulannya Idul Adha dan Puasa Arafah bukan tradisi lama yang usang. Justru ini adalah momen spiritual yang makin relevan, saat dunia semakin bising dan cepat.
Karena yang sampai kepada Allah bukan daging atau darah kurban, tapi niat dan ketakwaan kita.
(QS. Al-Hajj: 37)
Terima kasih sudah baca sampai sini. Semoga Idul Adha tahun ini membawa makna baru dalam hidup kita semua.